Dimarahin Papa
Si kembar sekarang lagi duduk diam di sofa yang terletak di depan ruang kerja papanya. menunggu yang di dalam keluar dan bersiap untuk diomelin, walaupun mereka ga tau kesalahan apalagi yang mereka buat hari ini.
Tidak lama, papa Tedja keluar dari ruang kerjanya sambil menghembuskan nafas, melihat dua anak kembarnya sedang duduk diam.
“Apa harus tunggu papa marah dulu, baru kalian mau pulang?” Papa Tedja ikut mendudukan dirinya di sofa, berhadapan langsung dengan Ben dan Xena.
“Ga gitu, Pa. Aku tadi udah mau pulang tapi nunggu jemputan dulu..” Kata Xena membela diri.
“Kamu ga mau bikin alasan juga, Ben?” Tanya Papa Tedja sambil melihat ke arah Ben yang diam saja, tanpa membalas perkataan Xena barusan.
“Hah? nggak, Pa. Maaf..” Ujar Ben menunduk.
“Papa kok pulang ga bilang-bilang? Kalau Papa bilang kan aku bisa di rumah aja tadi,”
“Iya. Di rumah aja, terus ga belanja 300 juta, kan?” Ujar Papa Tedja, bikin Xena dan Ben sama-sama panik. Papa tau nih berarti.
“Belanja apa aja kamu sampe habis 300 juta? Kamu pikir uang ini gampang di cari? Lihat koko kamu jam segini masih di kantor, lembur buat nyari uang, kalian berdua gampang nya habisin uang 300 juta-”
Omelan Papa Tedja dipotong oleh Ben.
“Xena aja, Pa. Aku nggak pernah belanja 300 juta.”
Papa Tedja yang tadinya ngomel tapi tetap calm, sekarang jadi naik darah gara-gara Ben.
“SIAPA BOLEHIN KAMU MOTONG OMONGAN PAPA!?”
Udah lah tuh, dua-duanya kena omel semalaman.